Its Me...!

My photo
Depok, Jawa Barat, Indonesia
Cool, Calm and Confident

Monday 5 September 2011

Apakah kita sudah menjadi manusia yang memberi manfaat bagi orang lain?

Deg. Hati mereka seperti menabrak sesuatu yang tidak terlihat. semuanya menarik napas panjang, melihat ke langit malam, mata mereka sedikit terpejam.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu datang menghujam turun dari langit malam.
"Kalau kita melihat ke dalam diri sendiri. kita udah jadi manusia seperti itu belum sih?"
"Apakah kita sudah menjadi manusia yang bisa memberi manfaat bagi orang lain?"
"Bukan manusia yang selalu mementingkan diri sendiri, manusia yang terlalu mencintai dirinya sendiri."

Suara sesengukan dan napas satu-satu menahan sesak di dada mereka, mengisi pendengaran di jalur pendakian Mahameru. Angin yang dingin semakin menusuk seluruh persendian, embusannya seperti menampar muka mereka satu satu.

"Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bisa memberi manfaat bagi orang lain."
Beberapa tetes air mata tampak membasahi permukaan pasir Arcopodo.
"udah belum ya? Gue punya manfaat buat orang lain."
"Udah belum yaa? Gue bisa ngasih sesuatu dalam diri gue yang bisa buat orang lain bahagia, bisa membuat orang lain bernapas lebih lega karena ada gue di situ."
"Ancur banget gue."
"Sepertinya belum."
"Iya, gue mikirin diri gue melulu dari dulu."
"Nggak pernah mikirin orang lain, apalagi ngasih manfaat."
"Gue, gue, gue dan gue."
"Manfaat?"
"Udah belum?"
"Mudah-mudahan belum terlambat."
Mata Dinda tampak berair, ia memandang ke atas langit malam dan memberikan senyumannya.
"Terima kasih. "
Semuanya tertegun melihat dinda, hati mereka seperti merasakan yang dinda rasakan. Dalam hati mereka pun terujar ucapan yang sama.

"Kalo Tuhan sudah memberikan kebebasan bagi setiap manusia untuk memilih, gue mau memilih jadi seseorang yang selalu bisa memberikan bermanfaat bagi orang lain"

Angin dingin Arcopodo mengembus pelan, membelai wajah mereka yang mendongak ke langit. Desir-desir suara angin dedaunan terdengar seperti alunan keindahan di telinga mereka. Entah kenapa langit malam dengan beribu bintangnya menjadi semakin indah di mata mereka, ranting pohon dan dedaunan bergerak lambat, mencoba menggapai langit malam, membuat mereka merasa dekat sekali dengan Sang Maha Pencipta. Mungkin ucapan terima kasih itu mendengar.
"Selamat jalan sahabat, kita nggak pernah kenal kamu, tapi semangat kamu sekarang ada di hati kami."

(Novel 5 cm, hal 323-324, penulis Donny Dhirgantoro) 

No comments:

Post a Comment