Its Me...!

My photo
Depok, Jawa Barat, Indonesia
Cool, Calm and Confident

Thursday 23 February 2017

CINTA TANPA DEFINISI

Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.

Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.

Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari di sekitarnya saat ia mengunggun. Atau berteduh saat matahari membakar kulit bumi. Atau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah, kota-kota, hutan-hutan. Dan seketika semua jadi abu. Semua jadi tiada. Seperti itulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kekuatan angkara murka yang mengawal dan melindungi kebaikan.

Cinta adalah kata tanpa benda, nama untuk beragam perasaan, muara bagi ribuan makna, wakil dari kekuatan tak terkira. Ia jelas, sejelas matahari. Mungkin sebab itu Eric Fromm ~dalam The Art of Loving~ tidak tertarik ~atau juga tidak sanggup~ mendefinisikannya. Atau memang cinta sendiri yang tidak perlu definisi bagi dirinya.

Tapi juga terlalu rumit untuk disederhanakan. Tidak ada definisi memang. Dalam agama, atau filsafat atau sastra atau psikologi. Tapi inilah obrolan manusia sepanjang sejarah masa. Inilah legenda yang tak pernah selesai. Maka abadilah Rabiah Al-Adawiyah, Rumi, Iqbal, Tagore atau Gibran karena puisi atau prosa cinta mereka. Abadilah legenda Romeo dan Juliet, Laela Majenun, Siti Nurbaya atau Cinderela. Abadilah Taj Mahal karena kisah cinta di balik kemegahannya.

Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia. Lukisan. Bukan definisi. Ia disentuh sebagai sebuah situasi manusiawi, dengan detail-detail nuansa yang begitu rumit. Tapi dengan pengaruh yang terlalu dahsyat. Cinta merajut semua emosi manusia dalam berbagai peristiwa kehidupannya menjadi sublim: begitu agung tapi juga terlalu rumit. Perang berubah menjadi panorama kemanusiaan begitu cinta menyentuh para pelakunya. Revolusi tidak dikenang karena geloranya tapi karena cinta yang melahirkannya. Kekuasaan tampak lembut saat cinta memasuki wilayah-wilayahnya. Bahkan penderitaan akibat kekecewaan kadang terasa manis karena cinta yang melatarinya: seperti Gibran yang kadang terasa menikmati Sayap-sayap Patah-nya.

Kerumitan terletak pada antagoni-antagoninya. Tapi di situ pula daya tariknya tersembunyi. Kerumitan tersebar pada detail-detail nuansa emosinya, berpadu atau berbeda. Tapi pesonanya menyebar pada kerja dan pengaruhnya yang teramat dahsyat dalam kehidupan manusia.

Seperti ketika kita menyaksikan gemuruh badai, luapan banjir atau nyala api, seperti itulah cinta bekerja dalam kehidupan kita. Semua sifat dan cara kerja udara, api dan air juga terdapat dalam sifat dan cara kerja cinta. Kuat, Dahsyat, Lembut, Tak terlihat. Penuh haru biru. Padatmakna. Sarat gairah. Dan, anagonis.

Barangkali kita memang tidak perlu definisi. Toh kita juga tidak butuh penjelasan untuk dapat merasakan terik matahari. Kita hanya perlu tahu cara kerjanya. Cara kerjanya itulah definisi: karena ~kemudian~ semua keajaiban terjawab disini.


 ~ Anis Matta ~



Monday 13 February 2017

TAKUT



Siapa sih yang tidak pernah takut?

Berjalan sendirian di dunia yang gelap. Kita tidak pernah tahu yang ada di hadapan kita. Barangkali lubang yang begitu dalam dan membuat kita tenggelam. Barangkali jebakan petunjuk arah yang salah. Barangkali perampok yang akan mengambil semua keberanian kita.

Siapa sih yang tidak pernah takut?

Mencoba berkali-kali lalu gagal. Mengerahkan sepenuhnya energi tapi tetap saja tidak ada yang peduli. Melakukannya hingga berdarah-darah namun tetap saja takdihargai. Lalu mundur perlahan dan tidak berani mencoba lagi.

Siapa sih yang tidak pernah takut?

Jatuh cita berkali-kali, lalu setiap kali pula terlempar jauh hingga pedih rasa hati. Dikecewakan oleh orang yang dicintai, berkali-kali, hingga rasanya mau mati. Lalu perlahan semua luka terakumulasi, kita takut memulai hubungan baru kembali. Kita tidak percaya pada setiap cinta yang hadir di depan mata.

Siapa sih yang tidak pernah takut?

Menerima penolakan dari semua orang seakan-akan salah saja semua yang kita kerjakan. Seakan-akan tiada harganya semua yang pernah kita usahakan. Seakan-akan tanpa kita,  semua bisa lebih baik berjalan. Lalu kita tidak berani mencoba lagi menunjukkan diri, takut penolakan terulang kembali, hanya untuk menegaskan bahwa kita adalah orang yang gagal.

Siapa sih yang tidak pernah takut?

Berlatih berjalan, lalu berlari. Memutari arena maraton hingga kaki penuh luka. Kadang tubuh rasanya sudah taklagi bisa bertahan. Kita terjatuh, bangkit, lalu terpuruk di tengah lapangan. Namun, kita tetap saja tidak menang. Kemudian kita takut bangkit lagi, kita takut bahwa semua tenaga habis sia-sia. Kita takut tersusul oleh pelari lain dan memilih untuk duduk di podium saja.

Siapa sih yang tidak pernah takut?

Kita semua takut. Kita takut gagal, kita takut ditolak, kita takut dibenci, kita takut kalah, dan kita takut menderita. Tapi yang paling menakutkan adalah ketika ketakutan-ketakutan itu membuat kita tetap duduk di tempat: tidak berdiri, tidak bergerak, tidak berjalan, tidak meloncat menuju yang sebenarnya ingin kita tuju.

Siapa sih yang tidak pernah takut?

Kita semua takut. Batangkali selalu ketakutan. Tapi bukankah ketakutan hadir bukan untuk menghentikan? Bukankah ketakutan adalah sekadar pembimbing agar kita waspada dan bersiap siaga?

Siapa sih yang tidak pernah takut?

Kita semua takut. Tapi jangan berhenti berjuang karenanya! Ketakutan ingin kamu mengalahkannya dan mencapai yang pernah menjadi cita-cita.

Kalah. Terjerembap. Terjatuh. Terinjak. Direndahkan. Ditolak. Dihina. Gagal berkali-kali walau terus mencoba. Berdarah. Terseok. Lalu bahkan lumpuh rasanya semua anggota tubuh.

Jangan berhenti! Takutlah, tapi kembalilah mencoba! Takutlah, tapi tetaplah jatuh cinta! Takutlah, tapi terus berusaha! Takutlah, tapi bangkit lagi! Takutlah, tapi jangan menyerah! Takutlah, tapi jangan berhenti!

Dalam banyak kasus, satu-satunya cara melawan ketakutan adalah menghadapinya.

Karena kebanyakan, kenyataan tidak semenakutkan bayangan kita.


From :
~Beranjak~

Saturday 11 February 2017

Dialog Malam Minggu (2)

Cerita Lama 



M ( murid) : ibuuuu 
G (guru) : hadiiiiir 😁

M : hehe... Mau cerita niih 
G : pasti masalah cowok 
M : kok tau sih bu...
G : tau dong..., anak NR mah udh ketauan semua kartu nya  πŸ˜™πŸ˜™
M : waduuuh, ga bisa ngeles 😁
G : sok lah Mau cerita apa 

M : Ini bu, Ada cowok Yg ngejar2 Saya terus, chat lah, ngajak jalan. Malesin banget πŸ˜”πŸ˜”
G : anak NR juga dan Sekelas sama Kamu , Iya kan?? 😁
M : kok tau bu??? Dpt info dr mana?
G : kan Td udh dibilang, Sy mah tau semua anak2 NR 
M : trus gmana ya bu? Sy males nanggepin tp Sy ga enak juga kalau cuekin dia 

G : hmm... Kamu suka juga ya sama dia?? Jujur...
M : hhheee... Dikit sih bu. Tapiiii Sy ga Mau Jadi banyak. Saya Mau belajar dl yang bener, ga Mau ke ganggu Yg begituan. 
G : ywdh tegasin Aja Ke dia
M : batu bu, susah dikasih tau nya. Tetep aja begitu lagi 
G : wedeh... Pantang menyerah yaa 😁, makanya Kamu makin susah nolaknya.. Krn disisi lain Kamu suka sikap dia Yg kyk gitu. πŸ˜‰πŸ˜™✌🏻️
M : duuh... Malah diledekin, butuh solusi saya... πŸ˜‘πŸ˜‘

G : haha...okeh, Besok Kamu bilang Ke dia, bahwa Kamu skrg Mau serius belajar. Ga Mau mikirin pacaran kyk gitu. Kita fokus buat belajar Aja, Lulus SMA, kuliah. Ntar kalau udh lulus , kerja silahkan dtg Ke rumah buat ngelamar kamu. 
Berani ga bilang begitu??πŸ‘€
M : serius banget ya... 
G : Sy paham karakter si cowok Itu gmna, Jadi kudu Dibikin mati kutu dg hal Yg ga dia duga. Selanjutnya  terserah Kamu πŸ˜ƒ
M : Saya pikirin dulu bu 
G :oke, Ntar hasilnya kabarin Saya yaaa 
M: hehe... πŸ˜‰
beberapa Hari kemudian, 
G : gmana neng, udah ngomong?
M : udah, Bu. 
G : trus reaksi dia gmna?
M : dia bengong, trus bilang "elo, hebat!"
       Trus, langsung Sy tinggalin Aja 😁
       Abis itu dia ga pernah gangguin Saya lagi.😊
G : Kamu memang hebat ! Tp siap2 ya kalau Nanti stlh lulus kuliah 
       Ada Yg dtg Ke rumah 😁😁✌🏻️
M : iih... Ibuuuu 
G : loh... Kan Kamu Yg bilang Ke dia begitu. πŸ˜…
M : masih lama bu, Ntar jg dia lupa
G : eeeh... Belum tentu say... πŸ˜™πŸ˜™
M : aduuh, udah ah...Yg penting skrg Sy aman
       Makasih ya Bu... 😘
G : okeh, ditunggu cerita selanjutnya, 5 tahun Yg aka datang 😁😁
M : πŸ˜œπŸ˜œπŸ˜πŸ˜‰

Saturday 4 February 2017

Dialog Malam Minggu

Ketika mereka bertanya,
G : guru, M : murid

M : Ibu pernah pacaran?

G : alhamdulillah ga pernah😊

M : jalan berdua juga ga? (Kepo)

G : Kalau mengkhususkan jalan berdua sama orang Yg Kita suka, alhamdulillah jg ga 😊

M : Emang Ibu ga suka gitu sama laki2? 😬

G : ya, suka lah... Ibu kan perempuan normal Yg punya rasa punya hati... 😁

M : kok Bisa sih bu, nahan diri buat ga pacaran ? Kalau kita suka kan pengennya deket2 aja sama dia
G : 😊😊
M : Ibu mah, senyum doang...

G : begini ya, berbicara dr hukum agama, ga Ada Yg namanya pacaran. Tapi... Setiap orang py pilihan hidup masing-masing.
Ibu memilih untuk menjaga diri sebagai salah satu bentuk ketaatan sama Allah. Ga Mau nambah dosa

M : tapi Kalau orang Mau menikah kan harus tau dl bu Yg mau Jd pasangannya spt Apa

G : Itu mah, beda lagi urusannya neng... πŸ˜€, pastinya harus kenal dl tp Ada proses Yg Bisa dilakukan dg Ttp menjaga diri masing2. Taaruf namanya, dg catatan keduanya Emang sdh siap buat menikah dalam waktu dekat, bukan niat nikahnya nanti2 😁.

M : Bisa ya bu begitu?

G : Insya Allah Kalau niatnya  baik, akan diberikan jalannya. Skrg mah belajar Aja dl Yg bener, banyak2 kegiatan positif, Jadi ga kepikiran pacaran2 Yg lebih banyak buang2 waktu Yg ga jelas.

M : (nyengir)😬😬

G : Kamu udh kepengen nikah? Ya gpp , Ntar Ibu Kasih tau ortu Kamu
M : ya engga lah bu... Belum siap

G : 😁😁, yo wis... Next.. Tau kan harus gmana?

M : hmm... Putusin Aja ya bu (?) , tapi.... Ntar Sy Jd galau bu 😬😬

G : daripada nambah dosa (?) , ga pacaran Aja dosa kite udh banyak πŸ˜‰

M : Ibu mah bawa2 dosa lagi, Jd tambah galau kan saya

G : haha... Lah pan Emang begitu say...

M : ywdh Sy Mau "bersemedi" dl... Makasih ya bu 😬

G : mudah2an segera putus ya... πŸ˜πŸ˜™
M : 😬😬😬


Dear God the only thing
I ask of you is
to hold them when I'm not around
when I'm much too far away...

Thursday 2 February 2017

Mendampingi Generasi Z

Image result for generasi z
Foto diambil dari www.maxmanroe.com

Mereka yang disebut sebagai generasi Z (Gen Z) ini adalah generasi yang lahir antara tahun 1994 sampai tahun 2009. Gen Z adalah anak-anak atau orang yang sejak lahir sudah akrab dengan teknologi. Artinya, teknologi sudah menjadi bagian dari hidup mereka sejak mereka lahir ke dunia. Jadi, jangan heran jika anak-anak dari Gen Z sangat mahir menggunakan teknologi apa pun.
Generasi ini berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, seperti generasi Baby Boomers (lahir 1946 - 1964), generasi X (lahir 1965 - 1980) dan Y (lahir 1981 - 1995). Perbedaan paling tampak adalah ketertarikan Gen Z kepada perangkat gadget di usia yang masih sangat muda. Ibaratnya, anak-anak Gen Z ini sudah sejak dalam perut Sang Ibu "mengenal" gadget. Setelah lahir pun, Sang Ibu asyik menyusui Gen Z ini sambil browsing dan aktif di social media (socmed). 
Menurut psikolog Elly Risman, Psi., dari Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH), Jakarta, Gen Z adalah generasi yang banyak mengandalkan teknologi untuk berkomunikasi, bermain, dan bersosialisasi. "Dari sisi tata nilai, Gen X dan Gen Y mungkin masih lebih bagus. Tingkat kepedulian mereka juga masih lebih tinggi. Tapi, Gen X dan Gen Y tidak secepat Gen Z," jelas Elly. 
Ancaman Pornografi
Nah, dunia kita sekarang ini berada di tangan mereka, Gen Z. Generasi ini mengerjakan pekerjaan rumah, mengerjakan tugas sekolah, berkomunikasi dengan teman, semuanya melalui media internet. Entah Google, Wikipedia, Facebook, Twitter, dan sebagainya. "Nge-tweet dengan smartphone, sambil sibuk browsing dengan PC tablet, di kupingnya (memakai, Red.) headset dengerin musik," kata Elly.
Artinya, mereka adalah anak-anak yang luar biasa, multitasking, instan, penuh tantangan, dan bisa mengatasi tantangan itu. Buat mereka, everything is interesting and fun atau semua hal menarik dan menyenangkan. Inilah yang membuat mereka betah berlama-lama di dunia maya itu. Sementara di dunia nyata, acapkali mereka berhadapan dengan dunia yang penuh omelan, marah-marah, cap, labeling, membanding-bandingkan, dan sebagainya.
Jadi, pola pengasuhan dan pola pembelajaran anak-anak Gen Z ini seharusnya juga berubah. Alias tidak lagi meniru pola pengasuhan generasi sebelumnya. Permasalahan utamanya, orangtua dari Gen Z ini seringkali tidak tahu bahwa mereka memiliki anak-anak Gen Z dengan beragam kelebihan tadi. Bahkan, orangtua kerap memperlakukan anak-anak Gen Z ini seperti mereka diperlakukan ayah ibu mereka 20 - 30 tahun lalu. "Masih pakai pola pengasuhan lama, cara lama, yang sudah pasti sudah tidak relevan. Sudah  kuno," lanjutnya. 
Namun, tantangan yang dihadapi Gen Z juga besar, salah satunya kerusakan otak akibat pornografi. Temuan YKBH, terutama terhadap siswa kelas 4 hingga 6 SD, sepanjang tahun 2008 sampai awal 2010 di Jabodetabek, ditemukan bahwa 67 persen dari mereka telah melihat/mengakses porografi, 37 persen di antaranya mengakses dari rumah sendiri. "Dan ternyata, para orangtua tidak mengetahui atau menyadari apa yang telah disaksikan anak-anak mereka melalui berbagai fasilitas yang mereka berikan untuk anak-anak mereka, seperti TV, games, handphone, internet, dan sebagainya," kata Elly.
Kurang Perhatian
Ahli bedah otak dari Amerika Serikat, Dr. Donald Hilton Jr., mengatakan bahwa pornografi sesungguhnya merupakan penyakit karena mengubah struktur dan fungsi otak. Atau, dengan kata lain merusak otak.
Bagian yang paling rusak adalah prefrontal cortex (PFC) yang membuat anak tidak bisa membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls. Bagian inilah yang membedakan antara manusia dan binatang. 
Mark Kastleman, penulis buku The Drugs of the New Millenium memberi nama pornografi sebagai visual crack cocaine atau narkoba lewat mata. Mark Kastleman juga menyebut adiksi pornografi pada anak-anak tidak terlepas dari bisnis pornografi yang memang menyasar anak-anak sebagai target pasar.  
Perangkap yang diberikan bermacam-macam. Misalnya, awalnya gratis, lama-lama bayar. "Persis kayak  jual narkoba. Cicip dulu sedikit, setelah ketagihan, pasti si anak akan mencari. Bedanya, orang kecanduan narkoba masih kelihatan, misalnya sakau. Tapi, kecanduan pornografi tidak. Kalau sudah kecanduan banget baru bisa," urai Elly.
Ciri-ciri kecanduan pornografi antara lain anak menghabiskan waktu lebih banyak dengan perangkat teknologi, seperti internet, games atau handphone. Anak menjadi gampang marah, self esteem rendah, kalau bicara tidak mau menatap mata kita, melawan, suka berkhayal, prestasi akademik merosot tiba-tiba, dan pendiam. "Anak juga biasanya mengamuk kalau ditegur untuk berhenti melakukan aktivitas tertentu tadi," kata Elly. Anak seringkali ingin keluar dari jerat adiksi tadi tapi tidak mampu karena tidak ada yang tahu dan bisa membantunya. 
Harus Disadari
Untuk mengatasi hal ini, kuncinya ada pada orangtua.  "Orangtua harus mau berubah, harus siap, harus paham, harus menerima tantangan bahwa mereka membesarkan generasi Z yang berbeda," jelas Elly. 
Orangtua juga harus sadar siapa yang mereka hadapi dan tahu bagaimana menghadapinya. Artinya, orangtua harus sadar anak-anak mereka adalah generasi yang mempersyaratkan pengasuhan yang berubah, pembelajaran di sekolah yang juga berubah, serta dan pekerjaan yang berubah. Misalnya dalam hal pekerjaan. "Mereka ini tidak bisa bekerja di satu tempat lebih dari dua tahun. Mereka maunya mencari kesempatan lebih baik dan pas yang bisa membuat mereka lebih berkembang," jelas Elly. 
Elly menyarankan orangtua agar melakukan common sense parenting. "Pola pengasuhan seperti yang dilakukan orangtua zaman dulu tentu tidak bisa lagi dilakukan sekarang. Orangtua tidak bisa menghindarkan anak dari teknologi. Tapi, jangan beri anak teknologi tanpa alasan dan penjelasan," ujar Elly. Dan, yang tidak boleh dilupakan, "Harus ada penjelasan secara agama," tegas Elly.
Pada saat memberikan handphone misalnya, selain harus memberikan alasan, orangtua juga wajib memberikan batasan dan peraturan kepada anak. Alat atau piranti yang diberikan juga harus disesuaikan dengan tingkat usia. Aturan di dalamnya juga harus memuat tentang rutinitas sehingga penggunaan teknologi tetap harus dibatasi. Yang tak kalah penting, harus ada penjelasan tentang keuntungan dan kerugian menggunakan berbagai media digital tadi, pembatasan penggunaannya seperti apa, serta persyaratan yang disepakati bersama.
Sayangnya, riset YKBH menunjukkan 80 persen pemberian ini tanpa alasan. Padahal, orangtua seharusnya memberikan aturan yang disertai alasan. Misalnya, "Mama kasih kamu PC tablet ini, tapi kamu harus..." Jika aturan dan alasan ini dibicarakan baik-baik, anak pasti akan memahami dan mau mengikuti. "Orangtua harus terus melakukan kontrol seiring usia anak. Makin rendah usia anak, limit-nya makin kencang. Semakin besar usia anak, limit-nya makin dikurangi. Jangan dibalik. Kecilnya terlalu longgar, besarnya malah dikencengin," lanjutnya.
Peran ayah juga sangat signifikan. Biasanya, anak-anak yang terkena adiksi ini adalah mereka yang kurang mendapat perhatian orangtua, terutama dari figur ayah. "Anak laki-laki perlu tokoh ayahnya sebagai contoh, sementara anak perempuan perlu tokoh ayahnya untuk mengisi jiwanya," jelas Elly sambil menyarankan orangtua untuk sepekan sekali mematikan gadget selama 30 menit saja, dan meluangkan waktu bersama anak.
Mau Belajar
Apa yang  bisa dilakukan orangtua menghadapi anak-anak Gen Z? Berikut tips dari Elly Risman:
- Orangtua harus tahu perkembangan anak-anak mereka dan harus mau membangun kesadaran terus-menerus. Perhatikan bahwa kebutuhan anak-anak ini berbeda. Komunikasi, penghargaan, dan disiplin pun beda. 
- Pahami kebutuhan anak-anak, proaktif mengarahkan, menjelaskan, mendampingi, dan membicarakan konsekuensinya. Aturan harus dibuat bersama antara orangtua dengan anak. 
- Orangtua harus mau belajar terus-menerus, terutama soal teknologi (IT). Contohnya, bertemanlah dengan anak di Facebook atau Twitter, "Istilahnya, 'Elo gaul dikit, deh,'" ujar Elly.
 Hasto Prianggoro
http://nova.id/Keluarga/Anak/Mendampingi-Generasi-Z

Wednesday 1 February 2017

Ngabolang Jogja Rasa Aceh part#4 (the end)

Rabu, 4 Januari 2017

The Last day…

Cepat sekali waktu berjalan, masih ingin lebih lama berada disini….

Sore ini kami akan kembali ke depok. Sebelum itu,  rencana ingin jalan-jalan terlebih dahulu ke satu tempat. Kami sepakat  ke tempat yang lagi hits di jogja,  arah bantul tepatnya hutan pinus imogiri mangunan. Sekitar jam 9, Sebelum menuju lokasi, kami mencari sarapan pagi. Barral membawa kami ke Paku Alaman, di dekat situ terdapat pusat jajanan. Di sebrangnya terdapat pasar tradisional , Sentul.

Rujak Es Grim
(ceritanya dessert)
Sarapan Pagi
yang "diluar kebiasaan"

Sambil menunggu yang lain, kami sarapan sambil ngobrol. Porsi sarapan yang "diluar kebiasaan", tapi.... habis juga (haha...) laper apa doyan (??). Hampir jam 11, teman barral yang kami tunggu, tak kunjung datang. Kalau  bertiga ga mungkin jalan, karena motor cuma satu. Barral coba menghubungi temannya untuk memastikan  kembali, dan fix ga bisa.  Tapi yang namanya rezeki emang ga kemana, ustazah ella punya teman yang tinggal di jogja, Pak yudho namanya. Menurut ustazah ella , beliau akan  mampir ke tempat kami sarapan. Pas banget beliau bawa mobil, setelah say hello dan ngobrol banyak, kami meminta beliau untuk ikut ke hutan pinus, padahal sekalian mau pinjam mobilnya (hehe). Awalnya beliau menolak, karena sedang  kurang fit, tapi beliau menawarkan kalau mau pakai mobilnya boleh-boleh saja. Hmm.. ga enak juga kalau cuma pinjam mobilnya,  Kami pun agak memaksa beliau untuk ikut. Alhamdulillah, akhirnya beliau pun mau (terima kasih pak yudho.. :)).  Sebelum berangkat Kami kembali ke hotel untuk sholat  dan check out.




Setelah itu  kami terlebih dahulu menjemput nuhu dan  miftah di tempat kost mereka. Sepanjang perjalanan hujan deras, dan sempat ada insiden wiper  tiba-tiba macet. Hujan pun semakin deras, kami berhenti sebentar. Barral dan pak yudho mencoba memperbaiki, namun belum berhasil  Kami kembali melanjutkan perjalanan dengan perlahan. Wiper macet di kala hujan deras sangat mengganggu penglihatan driver, jarak pandang jadi terbatas. Semangat pak yudho... !! ^^


Mendekati lokasi, hujan mulai reda. Perjalanan semakin seru, terus menanjak. Jalur nya seperti ke puncak Bogor, atau pangalengan Bandung. Berkelok-kelok dan terus menajak, udara pun terasa semakin segar. Alhamdulillah… tiba juga dilokasi, hujan pun turun lagi. Allahumma shayyiban naafiaan.


Kami  berteduh di saung sampai hujan agak reda. Hari itu kondisi tidak terlalu ramai, mungkin karena hujan. Areal wisata  agak becek, banyak genangan air, licin, jadi kurang nyaman untuk berjalan-jalan. Kami pun tidak lama disana, hanya berkeliling dibagian depan. Sekedar jalan-jalan cantik sambil menikmati udara segar pegunungan dan tak lupa foto-foto tentunya. Waktu kami juga terbatas, karena memang berangkat sudah siang.  Jam menunjukkan hampir setengah empat sore, sementara kereta kami berangkat jam 6 sore. Kami harus bersegera menuju stasiun, insya Allah kami akan kembali lagi ke sini, menjelajah tempat-tempat lain di sekitar mangunan, masih  banyak spot wisata selain hutan pinus. Walapun sebentar, banyak cerita  dan pelajaran yang saya dapat dari bincang-bincang kita selama perjalanan. Barral… salah satu ceritamu tentang “di tolak” dosen, akan saya ceritakan ke murid-murid sebagai pembelajaran.














Terima kasih Barral, Nuhu, Miftah  dan Pak Yudho yang sudah menemani kami hari ini  dan mengantar kami ke stasiun. Oh,iya plus Fauzi yang juga sudah menunggu di sana.  Buat Barral semoga lancar pendidikan guru nya dan segera kembali ke Aceh (sudah ada yg menunggu ^^). Fauzi…  semangat menjalani old semester, skripsi  dan yang  di UIN Jakarta menanti (cieee... ).

Ingat Quote kita : Logika berbanding lurus dengan logistic

Sukses buat semuanya… !! Sampai ketemu lagi yaa….

Special for my the best partner …   Doa terbaik untukmu (kita) di tahun ini…. (aamiin)

Kehidupan adalah perjalanan. Perjalanan bukan sekedar foto-foto biar dibilang kekinian, itu cuma bumbu. 

Saya selalu meyakini bahwa,

Travelling gives you perspective,
Everyone you meet has something to teach you and Everything happens for a reason.

Semua kembali pada diri kita masing-masing, mampukah mengambil hikmah perjalanan? Bertemu dengan orang yang berbeda membuat kita berkaca bahwa, masih banyak hal yang harus diperbaiki dan dipelajari. Jadi apa yang mau kita sombongkan ??

Keep going to better muslim, teruslah perbaiki diri dan selalulah rendah hati, begitu kata ust. Salim.

Perjalanan selama empat hari berakhir di stasiun tugu Yogyakarta. Sungguh liburan yang berkesan, insya Allah kami akan kembali lagi ke jogja. Next…  kami tunggu teman-teman di depok. Empat hari di jogja bersama orang-orang Aceh. Kalau mereka udah ngobrol pake bahasa Aceh, jadi roaming, itulah jadinya… Ngabolang Jogja Rasa Aceh. Insya Allah kalau ada waktu dan kesempatan kami akan mengunjungi Aceh (aamiin).

  
Sejatinya setiap perjalanan membuat kita medekat lebih jauh kepada-Nya.


Katakanlah : “Berjalanlah di (muka ) bumi maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S Al-Ankabut : 20)


Alunan lagu kenangan perpisahan , mengiringi perjalanan malam dalam  kereta Bogowonto menuju Depok.

Lembaran cerita, kini tlah terukir
Manis dalam, semua kisah kita
Perjalanan yang indah, kan selalu
Lekat dalam ingatan yang sempat terekam



Tlah terpendam dan terpaku
Semangat tanpa menyerah
Kan sebuah harapan, yang tergapai bersama disisi

Sebuah cerita yang terpupuk ddi dalam canda tawa
Tak kan terlepas dan kan slalu tersimpan di benak jiwa
Ini sebuah kisah bersama gapai angan
Dibalik hari Esok kan lebih baik
Sampai akhir nanti

(Di balik hari Esok, Pancasigma)  *guys… pinjem lagunya yaa… ^_^




The Last moment at Stasiun Tugu Jogjakarta
See you.... ^_^