Ku lihat dari kejauhan sosok
mungil berwajah polos, berjalan
dibelakang seorang Ibu. Anak ini
pasti salah seorang calon murid yang akan mendaftar ulang setelah dinyatakan
diterima di sekolah ini. Dengan langkah gontai, dia mengikuti langkah ibunya. Seperti kebanyakan anak yang akan masuk sekolah ini, aku yakin dia
sebenarnya tak ingin besekolah di sini. Dia hanya mengiyakan keinginan orang tua karena tak diterima di
sekolah Negeri.
Ibunya pun memasuki kantor TU, namun dia tetap di luar sambil memandang
ke setiap penjuru sekolah dengan tatapan sinis. Mungkin dia berpikir, sekolah
apa ini?? Mengapa aku harus berada di
sini??. Aku bergumam dalam hati sambil
tersenyum mengamati gerak-geriknya. Saat ini dia boleh berfikir bahwa ini adalah sekolah yang tidak jelas dengan
segala keterbatasan yang ada. Tapi aku akan membuat anak itu berpikir,
bahwa orangtuanya tidak salah
menempatkan dia di sini.
Sekolah ini memang masih banyak kekurangan secara materi,
tapi guru-guru di sekolah ini akan membuat setiap siswa menjadi “berbeda”
dengan sekolah-sekolah lainnya. Sehingga suatu saat setiap siswa akan
selalu menancapkan dalam hatinya , “
I’M PROUD to be A YOUNG MUSLIM”
Suara bel tanda pulang membuyarkan
lamunanku. Ku tatap satu persatu wajah-wajah lelah di hadapanku. Hmm… hampir
tiga tahun berlalu, sosok mungil
berwajah polos itu kini telah tumbuh tinggi dan besar dengan gurat kedewasaan
di wajahnya. Dia sudah tak dapat lagi bersembunyi dibalik tubuh ibunya. Dan tatapan sinis yang dulu terpancar dari kedua bola matanya kini telah berganti
dengan tatapan hangat penuh semangat tuk meraih asa dan cita. Kepenatan, rasa lelah yang seringkali
mendera, beban tugas dan masalah yang kadang menyesakkan dada akan berbuah
manis pada waktunya. Seorang penulis pernah mengungkapkan , Jika engkau
ingin melihat fajar yang indah maka kau
harus melalui pekatnya malam.
Tugas sebagai guru dalam mendidik
kalian di sekolah ini hampir usai. Setiap ucap kata dan perilaku semoga menjadi
torehan kebaikan dan menjadi pijakan dimanapun kalian berada. Segala alpa yang
terluap adalah bagian dari kelemahan sebagai manusia. Semoga Allah mengampuni kekhilafan ini.
Sekolah ini, di ruang kelas, masjid, bahkan lapangan dan pohon
rambutan menjadi saksi bisu setiap peristiwa yang telah kita lalui. Waktu terus
bergulir dan tak akan kembali.
Jejak-jejak hidup telah ditapaki. Manisnya hidup akan tetap menjadi
sebuah kenangan indah. Pembelajaran selalu ada disetiap kepahitan hidup. Tak
ada yang sia-sia saat mampu mengkonversi segala hal menjadi positif dan penuh
hikmah.
Hidup adalah hari ini. Hidup tak
sekedar pribadi dan bahagia. Hidup lebih hidup saat memperjuangkan kebenaran ,
bermanfaat dan menebar kebaikan.
“ Tidak ada kepuasaan
hingga karya jadi tuntas. Dan tidak ada kenikmatan melebihi apa yang diciptakan
oleh kelelahan ” (Anis Mata)
“Kita Seringkali
melakukan kesalahan di masa lampau. Akan tetapi manusia diberikan Tuhan sebuah
Anugerah yang luar biasa, yakni kemampuan untuk belajar dan berubah “