Its Me...!

My photo
Depok, Jawa Barat, Indonesia
Cool, Calm and Confident

Friday 18 February 2011

Reportase Workshop Bu Elly Risman, Psi (2)






Mengenali dan Meningkatkan Konsep Diri Ibu Pendidik Sejati

Bagian 2

Sambungan...

Kita sebagai manusia, orang tua, istri atau anak, tugas kita "hanya" menjawab keempat pertanyaan ini:

1. Siapa saya?

Kita adalah makhluk Allah, yang diberi amanah sebagai khalifah (pemimpin) di dunia ini untuk memakmurkan bumi dan menjaganya dari kehancuran

2. Dari mana saya?

Kita berasal dari air mani yg tersimpan dalam rahim.
QS Ali Imran: 6
"Dialah yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia kehendaki. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

3. Di mana saya?

Kita sedang berada di dunia dan sedang bersandiwara
Ada =>Penulis skenario, pemain utama & figuran, sutradara, dll
Pemain baik => Yg membaca, menghayati dan melaksanakan skenario serta arahan sutradara
Akhir => Rekaman akan dibawa ke Festival Dunia di Padang Ma'syar

Q.S Qaaf: 16-18
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya) yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri
Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya melaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)"


4. Akan kemana saya?

Q.S Qaaf: 19-23
"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu hindari.
Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari yang diancamkan.
Setiap orang akan datang bersama (malaikat) penggiring dan (malaikat) saksi
Sungguh, kamu dulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatan matamu pada hari ini sangat tajam
Dan (malaikat) yang menyertainya, berkata, "Inilah (catatan perbuatan) yang ada padaku.""

Kita harus benar-benar merenungi, memahami dan menghayati keempat pertanyaan diatas. Karena jika kita sudah bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan penuh percaya diri, maka kita akan menjadi pribadi-pribadi yang berprinsip dan tidak mudah dipengaruhi.

Ketika anak kita bertanya...
"Ibu, kok saya tidak boleh seperti teman saya? Kenapa dia bisa bebas melakukan yang dia mau, sedangkan saya tidak boleh?"

Kita harus tegas menyampaikan kepada anak-anak kita menurut logika berpikir mereka, bahwa kita berbeda, kita mempunyai nilai-nilai yang kita pegang teguh. Biarlah orang-orang berjalan diatas "pilihan" hidup mereka, dan kita juga akan berjalan diatas "pilihan" hidup kita.

Astagfirullah hal'adzim, dan saya minta maaf...
Saya lama tinggal di Amerika karena ikut suami yang studi master dan doktor. Perjuangan saya sungguh berat, menanamkan nilai-nilai keislaman kepada ketiga anak perempuan saya. Tapi, saya tidak menyerah, saya berusaha agar anak-anak belajar agama, belajar mengaji dan sholat dari saya, bukan dari guru ngaji mereka. Karena saya takut dengan pertanggung jawaban di hadapan Allah kelak, kalau saya sampai lalai menjadi guru pertama bagi anak-anak saya.

Suatu hari, anak gadis saya pulang dengan wajah cemberut
"Kamu kenapa, Nak?" Tanya saya
"Tadi sepulang sekolah, saya diajak ngeseks sama teman saya, seorang pemain basket."

Hancur hati saya mendengar pengakuan anak gadis saya. Tapi menit berikutnya saya lega dengan jawaban-jawaban anak saya yang menolak ajakan temannya itu, bahkan anak saya jadi merasa jijik dengan temannya itu. Alhamdulillah.

Kemudian, saya pulang ke Indonesia, keadaan juga tidak jauh lebih baik. Di Indonesia, orang suka sekali berkomentar tentang hal-hal pribadi.

"Elly, rumahnya kok sepi? Lagian sih kamu punya anak, disebar sana sini, satu di UGM, satu di Semarang dan satunya di Solo...Tuh kan sekarang baru berasa sepi?" Tanya seorang kerabat saya.
"Saya memang tidak mampu membiayai kuliah anak saya yang dekat dan mahal, karena penghasilan suami sebagai PNS, tidaklah seberapa."

Sedih rasanya ketika mendapati bahwa ternyata orang-orang terdekat kitalah yang menghancurkan harapan dan cita-cita kita, melalui ucapan-ucapan mereka yang menyayat hati.

Tapi, kalau kita punya prinsip dan keyakinan yang teguh kita akan berkata: "Kami memang beda karena kami sudah tahu apa yang kami mau dan apa yang akan kami lakukan."

Alhamdulillah, Allah Maha Besar...ketiga anak saya sudah sarjana dan dua anak saya sedang master. Sedangkan anak-anak kerabat saya yang rajin komentar itu, tidak dapat menyelesaikan kuliahnya, padahal anak-anaknya sudah "dimodali" mobil satu anak satu mobil

Tapi, niat kita jangan sampai disitu...seorang penjual cabe pun bisa menyekolahkan anaknya sampai jadi seorang sarjana.

Target kita adalah mempunyai anak yang soleh dan solehah. Dapat memberikan kontribusi terbaik mereka kepada orang banyak.

Lantas bagaimana membentuk karakter anak yang kuat?

Bersambung...
*Foto diambil dari google

No comments:

Post a Comment