Its Me...!

My photo
Depok, Jawa Barat, Indonesia
Cool, Calm and Confident

Thursday 17 February 2011

"KEMI,Cinta Kebebasan yang Tersesat" Sebuah Novel karya DR.Adian Husaini

"KEMI,Cinta Kebebasan yang Tersesat" Sebuah Novel karya DR.Adian Husaini

by Gema Insani FORUM on Saturday, October 9, 2010 at 11:12am
DR.Adian Husaini, yang biasa menulis dengan gaya ilmiah, telah memboyong dua kali penghargaan atas karyanya Terbaik Buku Non Fiksi. Pertama : Buku WAJAH PERADABAN BARAT (Buku Terbaik I Non Fiksi ,Islamic Book Fair 2006),Buku HEGEMONI KRISTEN-BARAT dalam Studi Agama Islam di Perguruan Tinggi (Terbaik II di Islamic Book Fair 2007).


Begawan Sastrawa Indonesia, Taufiq Ismail berkomentar di cover buku tersebut : “Setelah wajah pesantren dicoreng-moreng dalam film Perempuan Berkalung Sorban, novel Adian Husaini ini berhasil menampilkan wajah pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang ideal dan tokoh-tokoh pesantren yang berwawasan luas, sekaligus gigih dalam membendung gelombang liberalism.”

Umumnya Novel yang beredar di pasaran adalah tema percintaan dengan setting lokasi Timur Tengah, dll. Ternyata setting negeri ini tidak kalah serunya... terlebih percintaan di Novel ini bukan sekedar percintaan picisan....Simak sekilas kutipan dari admin INSIST : "Bisa dikatakan, ini bukan Novel biasa! Novel ini sarat dengan pergulatan pemikiran tingkat tinggi dan pergulatan jiwa dan pikiran para aktivis liberal”.

“Novel Kemi” berkisah tentang dua orang santri cerdas yang berpisah jalan. Kemi (Ahmad Sukaimi), santri pertama, terjebak dalam paham liberalisme. Ia mengkhianati amanah Sang Kyai. Kemi salah pilih teman dan paham keagamaan. Ujungnya, ia terjerat sindikat kriminal pembobol dana-dana asing untuk proyek liberalisasi di Indonesia. Nasibnya berujung tragis. Ia harus dirawat di sebuah Rumah Sakit Jiwa di Cilendek, Bogor.

Rahmat, santri kedua, selain cerdas dan tampan, juga tangguh dalam “menjinakkan” pikiran-pikiran liberal. Rahmat disiapkan khusus oleh Kyai Aminudin Rois untuk membawa kembali Kemi ke pesantren. Meskipun misi utamanya gagal, Rahmat berhasil “mengobrak-abrik” jaringan liberal yang membelit Kemi. Sejumlah aktivis dan tokoh liberal berhasil ditaklukkan dalam diskusi. Prof. Malikan, rektor Institut Studi Lintas Agama, tempat Rahmat dan Kemi kuliah, ditaklukkan Rahmat di ruang kelas. Siti, seorang aktivis kesetaraan gender, putri kyai terkenal di Banten, terpesona oleh kesalehan, kecerdasan, dan ketampanan Rahmat. Siti sadar dan bertobat, kembali ke orang tua dan pesantrennya, setelah bertahun-tahun bergelimang dengan pikiran dan aktivitas liberal. Rahmat juga berhasil menyadarkan Kyai Dulpikir, seorang Kyai liberal terkenal di Jawa Barat. Sang Kyai bertobat dan wafat di ruang seminar. Kecintaan Siti dan Rahmat pada dunia pendidikan dan dakwah membawa mereka pada keputusan pahit: sepakat untuk berpisah dan tidak mengikatkan diri dalam satu tali perkawinan, meskipun mereka saling mencinta.

No comments:

Post a Comment